MENULIS SECARA ILMIAH POPULER

Pada dasarnya, ada beberapa jenis model penulisan artikel. Model-model tersebut bisa dikelompokkan kepada tingkat kerumitannya. Model yang paling mudah ialah model penulisan populer. Tulisan populer biasanya tulisan ringan yang tidak "njelimet" dan bersifat hiburan. Termasuklah di dalamnya gosip. Selain itu, bahasa yang digunakan juga cenderung bebas (perhatikan, misalnya, bahasa yang digunakan di majalah GetFresh!). Model yang paling sulit ialah penulisan ilmiah. Model ini mensyaratkan objektivitas dan kedalaman pembahasan, dukungan informasi yang relevan, dan biasa diharapkan menjelaskan "mengapa" atau "bagaimana" suatu perkara itu terjadi, tanpa pandang bulu dan eksak (Soeseno 1982: 2). Dari aspek bahasa, tentu saja tulisan ilmiah mensyaratkan bahasa yang baku.

Meski demikian, ada satu model penulisan yang berada di tengah-tengahnya. Model tersebut dikenal dengan penulisan ilmiah populer dan merupakan perpaduan penulisan populer dan ilmiah. Istilah ini mengacu pada tulisan yang bersifat ilmiah, namun disajikan dengan cara penuturan yang mudah dimengerti (Soeseno 1982: 1; Eneste 2005: 171). Model inilah yang digunakan dalam publikasi Yayasan Lembaga SABDA pada umumnya.

JENIS-JENIS ARTIKEL

Ada beberapa jenis artikel berdasarkan dari siapa yang menulis dan fungsi atau kepentingannya (Tartono 2005: 85-86). Berdasarkan penulisnya, ada artikel redaksi dan artikel umum. Artikel redaksi ialah tulisan yang digarap oleh redaksi di bawah tema tertentu yang menjadi isi penerbitan. Sedangkan artikel umum merupakan tulisan yang ditulis oleh umum (bukan redaksi).

Sedangkan dari segi fungsi atau kepentingannya, ada artikel khusus dan artikel sponsor. Artikel khusus adalah nama lain dari artikel redaksi. Sedangkan artikel sponsor ialah artikel yang membahas atau memperkenalkan sesuatu.

MULAI MENULIS ARTIKEL

Menguji Gagasan

Prinsip paling dasar dari melakukan kegiatan menulis ialah menentukan atau memastikan topik atau gagasan apa yang hendak dibahas. Ketika sudah menentukan gagasan tersebut, kita bisa melakukan sejumlah pengujian. Pengujian ini terdiri dari lima tahap sebagai berikut (Georgina dalam Pranata 2002: 124; band. Nadeak 1989: 44).

Apakah gagasan itu penting bagi sejumlah besar orang?

Dapatkah gagasan ini disempitkan sehingga memunyai fokus yang tajam?

Apakah gagasan itu terikat waktu?

Apakah gagasan itu segar dan memiliki pendekatan yang unik?

Apakah gagasan Anda akan lolos dari saringan penerbit?

Pola Penggarapan Artikel

Ketika hendak menghadirkan artikel, kita tidak hanya diperhadapkan pada satu kemungkinan. Soeseno (1982: 16-17) memaparkan setidaknya lima pola yang bisa kita gunakan untuk menyajikan artikel tersebut. Berikut kelima pola yang dimaksudkan.

Pola pemecahan topik

Pola ini memecah topik yang masih berada dalam lingkup pembicaraan yang ditemakan menjadi subtopik atau bagian-bagian yang lebih kecil dan sempit kemudian menganalisa masing-masing.

Pola masalah dan pemecahannya

Pola ini lebih dahulu mengemukakan masalah (bisa lebih dari satu) yang masih berada dalam lingkup pokok bahasan yang ditemakan dengan jelas. Kemudian menganalisa pemecahan masalah yang dikemukakan oleh para ahli di bidang keilmuan yang bersangkutan.

Pola kronologi

Pola ini menggarap topik menurut urut-urutan peristiwa yang terjadi.

Pola pendapat dan alasan pemikiran

Pola ini baru dipakai bila penulis yang bersangkutan hendak mengemukakan pendapatnya sendiri tentang topik yang digarapnya, lalu menunjukkan alasan pemikiran yang mendorong ke arah pernyataan pendapat itu.

Pola pembandingan

Pola ini membandingkan dua aspek atau lebih dari suatu topik dan menunjukkan persamaan dan perbedaannya. Inilah pola dasar yang paling sering dipakai untuk menyusun tulisan.

Kelima pola penggarapan artikel di atas dapat dikombinasikan satu dengan yang lain sejauh dibutuhkan untuk menghadirkan sebuah tulisan yang kaya.

Menulis Bagian Pendahuluan

Untuk bagian pendahuluan, setidaknya ada tujuh macam bentuk pendahuluan yang bisa digunakan (Soeseno 1982: 42). Salah satu dari ketujuh bentuk pendahuluan berikut ini dapat kita jadikan alternatif untuk mengawali penulisan artikel kita.

Ringkasan

Pendahuluan berbentuk ringkasan ini nyata-nyata mengemukakan pokok isi tulisan secara garis besar.

Pernyataan yang menonjol

Terkadang disebut juga sebagai "pendahuluan kejutan", diikuti kalimat kekaguman untuk membuat pembaca terpesona.

Pelukisan

Pendahuluan yang melukiskan suatu fakta, kejadian, atau hal untuk menggugah pembaca karena mengajak mereka membayangkan bersama penulis apa-apa yang hendak disajikan dalam artikel itu nantinya.

Anekdot

Pembukaan jenis ini sering menawan karena memberi selingan kepada nonfiksi, seolah-olah menjadi fiksi.

Pertanyaan

Pendahuluan ini merangsang keingintahuan sehingga dianggap sebagai pendahuluan yang bagus.

Kutipan orang lain

Pendahuluan berupa kutipan seseorang dapat langsung menyentuh rasa pembaca, sekaligus membawanya ke pokok bahasan yang akan dikemukakan dalam artikel nanti.

Amanat langsung

Pendahuluan berbentuk amanat langsung kepada pembaca sudah tentu akan lebih akrab karena seolah-olah tertuju kepada perorangan.

Meskipun merupakan pendahuluan, bagian ini tidaklah mutlak ditulis pertama kali. Mengingat tugasnya untuk memancing minat dan mengarahkan pembaca ke arah pembahasan, sering kali menulis bagian pendahuluan ini menjadi lebih sulit daipada menulis judul atau tubuh tulisan. Oleh karena itu, Soeseno (1982: 43) menyarankan agar menuliskan bagian lain terlebih dahulu.

Menulis Bagian Pembahasan atau Tubuh Utama

Bagian ini disarankan dipecah-pecah menjadi beberapa bagian. Masing-masing dibatasi dengan subjudul-subjudul. Selain memberi kesempatan agar pembaca beristirahat sejenak, subjudul itu juga bertugas sebagai penyegar, pemberi semangat baca yang baru (Soeseno 1982: 46). Oleh karena itu, ada baiknya subjudul tidak ditulis secara kaku.

Pada bagian ini, kita bisa membahas topik secara lebih mendalam. Uraikan persoalan yang perlu dibahas, bandingkan dengan persoalan lain bila diperlukan.

Menutup Artikel

Kerangka besar terakhir dalam suatu karya tulis ialah penutup. Bagian ini biasanya memuat simpulan dari isi tulisan secara keseluruhan, bisa juga berupa saran, imbauan, ajakan, dan sebagainya (Tartono 2005: 88).

Ketika hendak mengakhiri tulisan, kita tidak mesti terang-terangan menuliskan subjudul berupa "Penutup" atau "Simpulan". Penutupan artikel bisa kita lakukan dengan menggunakan gaya berpamitan (Soeseno 1982: 48). Gaya pamit itu bisa ditandai dengan pemarkah seperti "demikian", "jadi", "maka", "akhirnya", dan bisa pula berupa pertanyaan yang menggugah pembaca.

Pemeriksaan Isi Artikel

Ketika selesai menulis artikel, hal selanjutnya yang perlu kita lakukan ialah melakukan pemeriksaan menyeluruh. Untuk meyakinkan bahwa tulisan yang kita hasilkan memang baik, kita harus rajin memeriksa tulisan kita. Untuk memudahkan pengoreksian artikel, beberapa pertanyaan berikut perlu kita jawab (Pranata 2002: 129-130).

Untuk pembukaan, misalnya, apakah kalimat pembuka bisa menarik pembaca? Dapatkah pembaca mulai mengerti ide yang kita tuangkan? Jika tulisan kita serius, adakah kata-kata yang sembrono? Apakah pembukaan kita menyediakan cukup banyak informasi?

Untuk isi atau tubuh, apakah kalimat pendukung sudah benar-benar mendukung pembukaan? Apakah masing-masing kalimat berhubungan dengan ide pokok? Apakah ada urutan logis antarparagraf?

Untuk simpulan, apakah disajikan dengan cukup kuat? Apakah mencakup semua ide tulisan? Bagaimana reaksi kita terhadap kata-kata dalam simpulan tersebut? Sudah cukup yakinkah kita bahwa pembaca pun akan memiliki reaksi seperti kita?

Jika kita menjawab "tidak" untuk tiap pertanyaan tersebut, berarti kita perlu merevisi artikel itu dengan menambah, mengganti, menyisipi, dan menulis ulang bagian yang salah.

ASPEK BAHASA DALAM ARTIKEL

Melihat target pembacanya yang adalah khalayak umum, kita perlu mencermati bahasa yang kita gunakan dalam menulis artikel ilmiah populer ini. Meskipun bersifat ilmiah (karena memakai metode ilmiah), bukan berarti tulisan yang kita hasilkan ditujukan untuk kalangan akademisi. Sebaliknya, artikel ilmiah populer ditujukan kepada para pembaca umum.

Mengingat kondisi tersebut, kita perlu membedakan antara kosakata ilmiah dan kosakata populer. Kata-kata populer merupakan kata-kata yang selalu akan dipakai dalam komunikasi sehari-hari, baik antara mereka yang berada di lapisan atas maupun di lapisan bawah, demikian sebaliknya. Sedangkan kata-kata yang biasa dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, diskusi-diskusi khusus disebut kata-kata ilmiah (Keraf 2004: 105-106).

Berikut daftar kata ilmiah dan populer.

KATA ILMIAH KATA POPULER

Analogi kiasan

anarki kekacauan

bibliografi daftar pustaka

biodata biografi singkat

definisi batasan

diskriminasi perbedaan perlakuan

eksentrik aneh

final akhir

formasi susunan

format ukuran

friksi bagian, pecahan

indeks penunjuk

konklusi kesimpulan

kontemporer masa kini, mutakhir

kontradiksi pertentangan

menganalisa menguraikan

prediksi ramalan

pasien orang sakit

Menulis artikel ilmiah populer agak berbeda dengan menulis berita atau cerpen.
Kalau Arswendo Atmowiloto mengatakan, "Mengarang (baca: cerpen atau karya fiksi)
itu mudah". Saya lebih cenderung mengatakan, "Menulis (baca: artikel ilmiah populer)

itu gampang-gampang sulit". Ini menuntut tidak hanya pemahaman akan masalah atau
topik yang dibahas, namun juga cara pengungkapannya melalui bahasa ilmiah yang pas
dengan selera pop. "Ia" akan menjadi gampang kalau kita sudah terbiasa
melakukannya tetapi akan menjadi sulit bagi yang tidak tahu kiat dan teknik menulis
artikel ilmiah populer.

Pertanyaannya kini: bagaimana kiat dan tahapan menulis artikel ilmiah populer?

Yang pertama adalah memilih topik yang mau kita tulis. Binatang yang namanya

"topik" itu bisa kita cari di mana-mana. Bisa dari membaca surat kabar, membaca buku, Page 2


Diklat Jurnalistik Mahasiswa

ngobrol dengan teman di warteg, diskusi dalam forum resmi, seminar, atau mengamati

keadaan suatu masyarakat.

Nah, kalau Anda sudah menangkap binatang yang namanya "topik" itu, mulailah

menuangkannya dalam tulisan. Untuk pemula biasanya diperlukan menulis outline atau

GBHN (Garis-garis Besar Haluan Nulis) mengenai apa yang mau kita tulis. Ini

menyangkut: pendahuluan, uraian masalah, analisis masalah, solusi atau alternatif

pemecahan masalah. GBHN akan sangat membantu agar tulisan kita sistematis.

Sistematika akan memudahkan pembaca untuk memahami ide-ide yang kita tulis. Bagi

penulis, sistematika juga akan memperlancar aliran ide yang hendak ditulisnya.

Menyusun pendahuluan dalam artikel ilmiah populer dapat menggunakan

beberapa teknik. Yang pertama, bisa berupa kejadian atau isyu paling aktual saat ini.

Atau bisa juga berupa pernyataan seorang pejabat/tokoh Anu yang barangkali menarik

untuk dikaji lebih dalam esensi dan implikasinya. Yang penting di sini, pendahuluan

harus mampu menarik minat pembaca untuk membaca lebih lanjut.

Setelah pendahuluan, Anda dapat langsung menukik pada inti masalah sekaligus

analisis masalahnya. Penganalisaan masalah terserah penulis: apakah hanya bersifat

informatif ataukah menyajikan suatu alternatif pikiran, ataukah solusi, atukah hanya

menggugah aspek kepedulian pembaca? Tentu pada tahap ini pemahaman mengenai

berbagai aspek dari masalah yang ditulis menjadi syarat mutlak. Untuk itu peranan data,

teori, fakta, atau bahkan intuisi sangat dibutuhkan.

Tahap terakhir adalah editing. Tidak jarang tulisan yang menarik dan bagus dari

sisi ilmiah tidak dapat dimuat oleh Redaksi. Ini pada gilirannya menghendaki

penggunaan bahasa ilmiah yang populer. Artinya secara ilmiah dapat

dipertanggungjawabkan, sekaligus enak dibaca dan perlu. Karena itu pengeditan sangat

membantu. Pengeditan akan semakin menyempurnakan bahasa yang kita gunakan.

Anda bisa minta bantuan kepada rekan atau dosen Anda yang telah biasa menulis di

media massa untuk tahap pengeditan ini. Atau kalau artikel tersebut ditujukan untuk

konsumsi surat kabar, Anda bisa meminta adik Anda yang masih SMA untuk

membacanya. Yang terakhir ini barangkali lucu bin aneh. Namun, percayalah,

konsumen utama surat kabar adalah masyarakat awam yang rata-rata pendidikannya

SMA.

Yang layak dicatat pada tahap editing adalah jumlah halaman dari artikel yang

Anda tulis. Untuk konsumsi surat kabar, maksimum halaman berkisar antara 7-10

halaman, dengan asumsi diketik 2 spasi. Untuk konsumsi majalah atau jurnal, lebih

longgar, bisa antara 15-40 halaman. Oleh karena itu, menulis di surat kabar diperlukan

bahasa yang singkat, padat dan berisi. Kajiannya jangan terlalu ilmiah, namun jangan

terlalu dangkal. Dengan bahasa Minggu Pagi: pokoknya enteng tetapi berisi. Bila Anda

menulis untuk majalah atau jurnal ilmiah, analisis Anda dimungkinkan untuk lebih

rigorous, lebih teknis, lebih banyak data dan teori. Di sini Anda dapat lebih berkreasi

dan lebih dalam dalam menganalisis suatu masalah.

Tahap terakhir adalah mengirimkannya ke media massa. Dalam surat pengantar

kepada Redaksi, Anda dapat melampirkan riwayat hidup singkat maupun status Anda

saat ini. Pengalaman menunjukkan, Redaksi amat menghargai apabila kita sudah

mempunyai pengalaman menulis atau pernah terlibat dalam dunia pers. Pengalaman

menulis di pers kampus seperti majalah Ekonomika, Keadilan, Equlibrium, Balairung

dapat dijadikan referensi. Apalagi kalau Anda pernah menjadi sebagai staf redaksi atau

bahkan pemimpin redaksi suatu media.

Tahap terakhir tinggal menunggu lampau hijau dari Redaksi apakah memuat Page 3

Diklat Jurnalistik Mahasiswa

tulisan kita atau tidak. Ini membutuhkan waktu yang berkisar dari sehari hingga 3 bulan;

tergantung kepada media mana Anda mengirim artikel. Untuk harian biasanya tenggang

waktu menunggu berita pemuatan lebih cepat dibanding majalah atau jurnal ilmiah.

Untuk surat kabar atau majalah berkaliber nasional, biasanya Redaksi secara otomatis

akan mengirim kembali artikel Anda apabila tidak memenuhi persyaratan untuk dimuat

dengan disertai alasan tidak layak muatnya. Untuk majalah atau jurnal ilmiah yang

terbitnya bulanan atau triwulanan, Redaksi biasanya mengabarkan bahwa artikel yang

kita kirim akan dimuat pada edisi tertentu.

Jangan putus asa apabila artikel Anda ditolak Redaksi. Anda dapat

menyempurnakannya, dan kemudian mengirimkannya ke media lain. Tetapi ingat,

jangan mengirim ke media lain sebelum ada pernyataan resmi (tertulis) dari Redaksi

bahwa mereka menolak artikel kita.

Nah.. begitulah kiat dan teknik menulis artikel ilmiah populer. Tidak ada kata

terlambat untuk belajar, apalagi untuk memulai beramal ilmiah. Selamat mencoba dan

berkarya! Do it now, or Never!

Comments

  1. It's very inspiring article!!!
    Dito Anurogo, a health consultant in netsains.com

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kumpulan Soal Bahasa Lampung Dan Quran Hadits MI/SD

Kumpulan Soal Bahasa Lampung SD/MI Kelas

(Full Movie Streaming) TOY STORY 4, Petualangan Baru Woody Dan Bertemu Kembali Dengan Bo Peep