MENULIS SECARA ILMIAH POPULER
Meski demikian, ada satu model penulisan yang berada di tengah-tengahnya. Model tersebut dikenal dengan penulisan ilmiah populer dan merupakan perpaduan penulisan populer dan ilmiah. Istilah ini mengacu pada tulisan yang bersifat ilmiah, namun disajikan dengan cara penuturan yang mudah dimengerti (Soeseno 1982: 1; Eneste 2005: 171). Model inilah yang digunakan dalam publikasi Yayasan Lembaga SABDA pada umumnya.
JENIS-JENIS ARTIKEL
Sedangkan dari segi fungsi atau kepentingannya, ada artikel khusus dan artikel sponsor. Artikel khusus adalah nama lain dari artikel redaksi. Sedangkan artikel sponsor ialah artikel yang membahas atau memperkenalkan sesuatu.
MULAI MENULIS ARTIKEL
Menguji Gagasan
Prinsip paling dasar dari melakukan kegiatan menulis ialah menentukan atau memastikan topik atau gagasan apa yang hendak dibahas. Ketika sudah menentukan gagasan tersebut, kita bisa melakukan sejumlah pengujian. Pengujian ini terdiri dari
Apakah gagasan itu penting bagi sejumlah besar orang?
Dapatkah gagasan ini disempitkan sehingga memunyai fokus yang tajam?
Apakah gagasan itu terikat waktu?
Apakah gagasan itu segar dan memiliki pendekatan yang unik?
Apakah gagasan Anda akan lolos dari saringan penerbit?
Pola Penggarapan Artikel
Ketika hendak menghadirkan artikel, kita tidak hanya diperhadapkan pada satu kemungkinan. Soeseno (1982: 16-17) memaparkan setidaknya
Pola pemecahan topik
Pola ini memecah topik yang masih berada dalam lingkup pembicaraan yang ditemakan menjadi subtopik atau bagian-bagian yang lebih kecil dan sempit kemudian menganalisa masing-masing.
Pola masalah dan pemecahannya
Pola ini lebih dahulu mengemukakan masalah (bisa lebih dari satu) yang masih berada dalam lingkup pokok bahasan yang ditemakan dengan jelas. Kemudian menganalisa pemecahan masalah yang dikemukakan oleh para ahli di bidang keilmuan yang bersangkutan.
Pola kronologi
Pola ini menggarap topik menurut urut-urutan peristiwa yang terjadi.
Pola pendapat dan alasan pemikiran
Pola ini baru dipakai bila penulis yang bersangkutan hendak mengemukakan pendapatnya sendiri tentang topik yang digarapnya, lalu menunjukkan alasan pemikiran yang mendorong ke arah pernyataan pendapat itu.
Pola pembandingan
Pola ini membandingkan dua aspek atau lebih dari suatu topik dan menunjukkan persamaan dan perbedaannya. Inilah pola dasar yang paling sering dipakai untuk menyusun tulisan.
Kelima pola penggarapan artikel di atas dapat dikombinasikan satu dengan yang lain sejauh dibutuhkan untuk menghadirkan sebuah tulisan yang kaya.
Menulis Bagian Pendahuluan
Untuk bagian pendahuluan, setidaknya ada tujuh macam bentuk pendahuluan yang bisa digunakan (Soeseno 1982: 42). Salah satu dari ketujuh bentuk pendahuluan berikut ini dapat kita jadikan alternatif untuk mengawali penulisan artikel kita.
Ringkasan
Pendahuluan berbentuk ringkasan ini nyata-nyata mengemukakan pokok isi tulisan secara garis besar.
Pernyataan yang menonjol
Terkadang disebut juga sebagai "pendahuluan kejutan", diikuti kalimat kekaguman untuk membuat pembaca terpesona.
Pelukisan
Pendahuluan yang melukiskan suatu fakta, kejadian, atau hal untuk menggugah pembaca karena mengajak mereka membayangkan bersama penulis apa-apa yang hendak disajikan dalam artikel itu nantinya.
Anekdot
Pembukaan jenis ini sering menawan karena memberi selingan kepada nonfiksi, seolah-olah menjadi fiksi.
Pertanyaan
Pendahuluan ini merangsang keingintahuan sehingga dianggap sebagai pendahuluan yang bagus.
Kutipan orang lain
Pendahuluan berupa kutipan seseorang dapat langsung menyentuh rasa pembaca, sekaligus membawanya ke pokok bahasan yang akan dikemukakan dalam artikel nanti.
Amanat langsung
Pendahuluan berbentuk amanat langsung kepada pembaca sudah tentu akan lebih akrab karena seolah-olah tertuju kepada perorangan.
Meskipun merupakan pendahuluan, bagian ini tidaklah mutlak ditulis pertama kali. Mengingat tugasnya untuk memancing minat dan mengarahkan pembaca ke arah pembahasan, sering kali menulis bagian pendahuluan ini menjadi lebih sulit daipada menulis judul atau tubuh tulisan. Oleh karena itu, Soeseno (1982: 43) menyarankan agar menuliskan bagian lain terlebih dahulu.
Menulis Bagian Pembahasan atau Tubuh Utama
Bagian ini disarankan dipecah-pecah menjadi beberapa bagian. Masing-masing dibatasi dengan subjudul-subjudul. Selain memberi kesempatan agar pembaca beristirahat sejenak, subjudul itu juga bertugas sebagai penyegar, pemberi semangat baca yang baru (Soeseno 1982: 46). Oleh karena itu, ada baiknya subjudul tidak ditulis secara kaku.
Pada bagian ini, kita bisa membahas topik secara lebih mendalam. Uraikan persoalan yang perlu dibahas, bandingkan dengan persoalan lain bila diperlukan.
Menutup Artikel
Kerangka besar terakhir dalam suatu karya tulis ialah penutup. Bagian ini biasanya memuat simpulan dari isi tulisan secara keseluruhan, bisa juga berupa saran, imbauan, ajakan, dan sebagainya (Tartono 2005: 88).
Ketika hendak mengakhiri tulisan, kita tidak mesti terang-terangan menuliskan subjudul berupa "Penutup" atau "Simpulan". Penutupan artikel bisa kita lakukan dengan menggunakan
Pemeriksaan Isi Artikel
Ketika selesai menulis artikel, hal selanjutnya yang perlu kita lakukan ialah melakukan pemeriksaan menyeluruh. Untuk meyakinkan bahwa tulisan yang kita hasilkan memang baik, kita harus rajin memeriksa tulisan kita. Untuk memudahkan pengoreksian artikel, beberapa pertanyaan berikut perlu kita jawab (Pranata 2002: 129-130).
Untuk pembukaan, misalnya, apakah kalimat pembuka bisa menarik pembaca? Dapatkah pembaca mulai mengerti ide yang kita tuangkan? Jika tulisan kita serius, adakah kata-kata yang sembrono? Apakah pembukaan kita menyediakan cukup banyak informasi?
Untuk isi atau tubuh, apakah kalimat pendukung sudah benar-benar mendukung pembukaan? Apakah masing-masing kalimat berhubungan dengan ide pokok? Apakah ada urutan logis antarparagraf?
Untuk simpulan, apakah disajikan dengan cukup kuat? Apakah mencakup semua ide tulisan? Bagaimana reaksi kita terhadap kata-kata dalam simpulan tersebut? Sudah cukup yakinkah kita bahwa pembaca pun akan memiliki reaksi seperti kita?
Jika kita menjawab "tidak" untuk tiap pertanyaan tersebut, berarti kita perlu merevisi artikel itu dengan menambah, mengganti, menyisipi, dan menulis ulang bagian yang salah.
ASPEK BAHASA DALAM ARTIKEL
Melihat target pembacanya yang adalah khalayak umum, kita perlu mencermati bahasa yang kita gunakan dalam menulis artikel ilmiah populer ini. Meskipun bersifat ilmiah (karena memakai metode ilmiah), bukan berarti tulisan yang kita hasilkan ditujukan untuk kalangan akademisi. Sebaliknya, artikel ilmiah populer ditujukan kepada para pembaca umum.
Mengingat kondisi tersebut, kita perlu membedakan antara kosakata ilmiah dan kosakata populer. Kata-kata populer merupakan kata-kata yang selalu akan dipakai dalam komunikasi sehari-hari, baik antara mereka yang berada di lapisan atas maupun di lapisan bawah, demikian sebaliknya. Sedangkan kata-kata yang biasa dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, diskusi-diskusi khusus disebut kata-kata ilmiah (Keraf 2004: 105-106).
Berikut daftar kata ilmiah dan populer.
KATA ILMIAH KATA POPULER
Analogi kiasan
anarki kekacauan
bibliografi daftar pustaka
biodata biografi singkat
definisi batasan
diskriminasi perbedaan perlakuan
eksentrik aneh
final akhir
formasi susunan
format ukuran
friksi bagian, pecahan
indeks penunjuk
konklusi kesimpulan
kontemporer masa kini, mutakhir
kontradiksi pertentangan
menganalisa menguraikan
prediksi ramalan
pasien orang sakit
Menulis artikel ilmiah populer agak berbeda dengan menulis berita atau cerpen.
itu mudah". Saya lebih cenderung mengatakan, "Menulis (baca: artikel ilmiah populer)
itu gampang-gampang sulit". Ini menuntut tidak hanya pemahaman akan masalah atau
topik yang dibahas, namun juga cara pengungkapannya melalui bahasa ilmiah yang pas
dengan selera pop. "Ia" akan menjadi gampang kalau kita sudah terbiasa
melakukannya tetapi akan menjadi sulit bagi yang tidak tahu kiat dan teknik menulis
artikel ilmiah populer.
Pertanyaannya kini: bagaimana kiat dan tahapan menulis artikel ilmiah populer?
Yang pertama adalah memilih topik yang mau kita tulis. Binatang yang namanya
"topik" itu bisa kita cari di mana-mana. Bisa dari membaca surat kabar, membaca buku, Page 2
Diklat Jurnalistik Mahasiswa
ngobrol dengan teman di warteg, diskusi dalam forum resmi, seminar, atau mengamati
keadaan suatu masyarakat.
Nah, kalau Anda sudah menangkap binatang yang namanya "topik" itu, mulailah
menuangkannya dalam tulisan. Untuk pemula biasanya diperlukan menulis outline atau
GBHN (Garis-garis Besar Haluan Nulis) mengenai apa yang mau kita tulis. Ini
menyangkut: pendahuluan, uraian masalah, analisis masalah, solusi atau alternatif
pemecahan masalah. GBHN akan sangat membantu agar tulisan kita sistematis.
Sistematika akan memudahkan pembaca untuk memahami ide-ide yang kita tulis. Bagi
penulis, sistematika juga akan memperlancar aliran ide yang hendak ditulisnya.
Menyusun pendahuluan dalam artikel ilmiah populer dapat menggunakan
beberapa teknik. Yang pertama, bisa berupa kejadian atau isyu paling aktual saat ini.
Atau bisa juga berupa pernyataan seorang pejabat/tokoh Anu yang barangkali menarik
untuk dikaji lebih dalam esensi dan implikasinya. Yang penting di sini, pendahuluan
harus mampu menarik minat pembaca untuk membaca lebih lanjut.
Setelah pendahuluan, Anda dapat langsung menukik pada inti masalah sekaligus
analisis masalahnya. Penganalisaan masalah terserah penulis: apakah hanya bersifat
informatif ataukah menyajikan suatu alternatif pikiran, ataukah solusi, atukah hanya
menggugah aspek kepedulian pembaca? Tentu pada tahap ini pemahaman mengenai
berbagai aspek dari masalah yang ditulis menjadi syarat mutlak. Untuk itu peranan data,
teori, fakta, atau bahkan intuisi sangat dibutuhkan.
Tahap terakhir adalah editing. Tidak jarang tulisan yang menarik dan bagus dari
sisi ilmiah tidak dapat dimuat oleh Redaksi. Ini pada gilirannya menghendaki
penggunaan bahasa ilmiah yang populer. Artinya secara ilmiah dapat
dipertanggungjawabkan, sekaligus enak dibaca dan perlu. Karena itu pengeditan sangat
membantu. Pengeditan akan semakin menyempurnakan bahasa yang kita gunakan.
Anda bisa minta bantuan kepada rekan atau dosen Anda yang telah biasa menulis di
media massa untuk tahap pengeditan ini. Atau kalau artikel tersebut ditujukan untuk
konsumsi surat kabar, Anda bisa meminta adik Anda yang masih SMA untuk
membacanya. Yang terakhir ini barangkali lucu bin aneh. Namun, percayalah,
konsumen utama surat kabar adalah masyarakat awam yang rata-rata pendidikannya
SMA.
Yang layak dicatat pada tahap editing adalah jumlah halaman dari artikel yang
Anda tulis. Untuk konsumsi surat kabar, maksimum halaman berkisar antara 7-10
halaman, dengan asumsi diketik 2 spasi. Untuk konsumsi majalah atau jurnal, lebih
longgar, bisa antara 15-40 halaman. Oleh karena itu, menulis di
bahasa yang singkat, padat dan berisi. Kajiannya jangan terlalu ilmiah, namun jangan
terlalu dangkal. Dengan bahasa Minggu Pagi: pokoknya enteng tetapi berisi. Bila Anda
menulis untuk majalah atau jurnal ilmiah, analisis Anda dimungkinkan untuk lebih
rigorous, lebih teknis, lebih banyak data dan teori. Di sini Anda dapat lebih berkreasi
dan lebih dalam dalam menganalisis suatu masalah.
Tahap terakhir adalah mengirimkannya ke media
kepada Redaksi, Anda dapat melampirkan riwayat hidup singkat maupun status Anda
saat ini. Pengalaman menunjukkan, Redaksi amat menghargai apabila kita sudah
mempunyai pengalaman menulis atau pernah terlibat dalam dunia pers. Pengalaman
menulis di pers kampus seperti majalah Ekonomika, Keadilan, Equlibrium, Balairung
dapat dijadikan referensi. Apalagi kalau Anda pernah menjadi sebagai staf redaksi atau
bahkan pemimpin redaksi suatu media.
Tahap terakhir tinggal menunggu lampau hijau dari Redaksi apakah memuat Page 3
Diklat Jurnalistik Mahasiswa
tulisan kita atau tidak. Ini membutuhkan waktu yang berkisar dari sehari hingga 3 bulan;
tergantung kepada media mana Anda mengirim artikel. Untuk harian biasanya tenggang
waktu menunggu berita pemuatan lebih cepat dibanding majalah atau jurnal ilmiah.
Untuk surat kabar atau majalah berkaliber nasional, biasanya Redaksi secara otomatis
akan mengirim kembali artikel Anda apabila tidak memenuhi persyaratan untuk dimuat
dengan disertai alasan tidak layak muatnya. Untuk majalah atau jurnal ilmiah yang
terbitnya bulanan atau triwulanan, Redaksi biasanya mengabarkan bahwa artikel yang
kita kirim akan dimuat pada edisi tertentu.
Jangan putus asa apabila artikel Anda ditolak Redaksi. Anda dapat
menyempurnakannya, dan kemudian mengirimkannya ke media lain. Tetapi ingat,
jangan mengirim ke media lain sebelum ada pernyataan resmi (tertulis) dari Redaksi
bahwa mereka menolak artikel kita.
Nah.. begitulah kiat dan teknik menulis artikel ilmiah populer. Tidak ada kata
terlambat untuk belajar, apalagi untuk memulai beramal ilmiah. Selamat mencoba dan
berkarya! Do it now, or Never!
It's very inspiring article!!!
ReplyDeleteDito Anurogo, a health consultant in netsains.com